Selasa, 13 Mei 2014

Pengertian Supply Chain Management beserta penerapannya

Supply Chain Manajement
LATAR BELAKANG
Munculnya SCM dilatar belakangi oleh 2 hal pokok, yaitu:
1.Praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif
 2.Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat
Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif.Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan.
Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen.. Industri manufaktur tidak akan dapat bersaing apabila produk yangd itawarkan murni hanya barang, dan industri jasa juga tidak memiliki daya tarik apabila yang ditawarkan kepada konsumen murni berupa layanan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan produk terbaik kepada konsumen meliputi kombinasi di antara keduanya, yaitu barang dan jasa dalam porsi masing-masing yang ideal menurut perusahaan.
Menyajikan produk dalam arti luas tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sistem produksi operasi yang harus dijalankan perusahaan. Untuk dapat menawarkan produk yangmenarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah di tetapkan.
Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management (SCM). SCM sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001) SCM merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur,retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. SCM merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadual produksi, danlogistik


3 macam komponen SCM, yaitu:
§    Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
 §   Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
§    Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
  Aktivitas SCM bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
  Strategis
§  Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
§  Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
§  Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan
§  Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
§  Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai
  Taktis
§  Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
§  Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
§  Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
§  Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
§  Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
§  Gaji berdasarkan pencapaian
  Operasional
§  Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
§  Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit)
§  Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
§  Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
§  Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
§  Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)
§  Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
§  Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
Fungsi Supply Chain Management
    Ada dua fungsi SCM, yaitu
1.SCM secara fisik mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik, yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi, dan sebagainya.
2.  SCM sebagai mediasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh rantai  suplai  mencerminkan  aspirasi  pelanggan  atau  pemakai  akhir  tersebut. Fungsi kedua ini berkaitan dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah rantai suplai. Ongkos-ongkos ini bisa berupa ongkos markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak laku dijual dengan harga normal, atau ongkos kekurangan supply yang dinamakan dengan stockout cost.
Contoh Kasus pada perusahaan Alfamart
Ekspansi dan efisiensi yang dilakukan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. terbukti mampu menopang kinerja perusahaan sepanjang tahun 2009. Dengan strategi ekspansi yang didasari pertumbuhan pesat dengan investasi minimum serta efisiensi di setiap lini bisnisnya, PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. telah mengakhiri tahun 2009 dengan kinerja yang positif serta memasuki tahun 2010 dengan optimisme. Pandangan positif mengenai hal ini mengemuka dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perusahaan hari ini, Senin (07/06/10).
Tahun 2009 menandai pencapaian penting dalam satu dekade Alfamart sejak mulai beroperasi pada tahun 1999. Dalam kurun waktu 10 tahun, Alfamart telah berkembang pesat dari distributor barang-barang konsumsi hingga menjadi yang terdepan dalam hal kenyamanan, harga yang kompetitif, pilihan produk yang lengkap, dan layanan yang ramah. Dengan bentuk gerai komunitas yang beroperasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat umum, didukung oleh staf yang berdedikasi, produk yang berkualitas, serta harga yang kompetitif, Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa Alfamart telah memenuhi kepentingan pelanggan dengan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari. Dari sudut pandang bisnis, posisi puncak dalam Nielsen Store Equity Index menjadi bukti nyata bahwa Alfamart secara sungguh-sungguh telah mempraktikan slogannya yaitu “Belanja Puas, Harga Pas”. Untuk ketiga kalinya berturut-turut (sejak 2007), pada tahun 2009 Alfamart kembali meraih posisi tertinggi di dalam indeks tersebut dengan nilai keseluruhan 3,3.
Di tahap ini merupakan sebuah kebanggan untuk menekankan bahwa Perseroan telah mengukuhkan status baru sebagai aset nasional yang bernilai. Sejak awal berdirinya 10 tahun yang lalu hingga kesuksesannya hari ini, Alfamart telah mencapai semuanya berkat dedikasi dan kerja keras dari seluruh karyawan kami. Strategi ekspansi yang didasari oleh pertumbuhan pesat dengan investasi minimum (dengan memanfaatkan sistem waralaba), perseroan mengiatkan upaya untuk melakukan penetrasi ke pasar-pasar baru yang potensial di luar Jawa. Bali dan Makassar pada khususnya, diperkirakan akan bertumbuh paling pesat mengingat tingginya potensi yang ada di kedua wilayah tersebut. Di tahun 2009, Alfamart membuka dua buah DC baru untuk menambah kapasitas pasar di Malang dan Bandung 2. Selain itu, perseroan juga menyiapkan DC-DC baru di Klaten, Bali, Balaraja, Palembang, dan Makassar. Sepanjang tahun 2009 tercatat jumlah gerai meningkat 11,2 % dari 3.373 gerai pada tahun 2008 menjadi 3.776 gerai. Dari sisi kinerja keuangan, Alfamart membukukan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 27,03 % pada tahun 2009 dari Rp 8,3 triliun menjadi Rp 10,55 triliun. Pencapaian tersebut menyebabkan EBITDA meningkat sebesar 26,8 % di tahun 2009 dari Rp 396 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 502 miliar, sama halnya dengan laba bersih yang meningkat sebesar 40,3 % menjadi Rp 186 miliar jika dibandingkan pada posisi yang sama di tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp 133 miliar.
Untuk toko-toko waralaba, melanjutkan tren kenaikan yang telah berlangsung sejak kami membuka kesempatan untuk memiliki toko Alfamart pada tahun 2001, Perseroan melebarkan jangkauan hingga mencapai 898 toko, bertumbuh sekitar 39% dari tahun 2008 yang mencatat angka 646. Efisiensi juga berhasil ditingkatkan melalui pemakaian BBM serta didukung oleh pemantauan jadwal pengantaran dan rute secara intensif. Penurunan serupa juga terjadi pada biaya lembur melalui alokasi karyawan antar toko secara fleksibel. Diharapkan, Perseroan dapat terus meningkatkan strategi yang telah ditempuh sehingga pada tahun 2010 Alfamart akan dapat terus berkembang dengan positif baik dari segi bisnis, investasi, serta kontribusinya sebagai sebuah aset nasional.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar